Balian adalah sebutan untuk pengobat tradisional di Bali, yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit.
Kemampuan Balian diperoleh dengan berbagai cara, dilihat berdasarkan tujuan dan pengetahuan yang dimiliki balian.
Berdasarkan tujuan ada dua jenis balian, yaitu Balian Panengen (baik) dan Balian Pangiwa (jahat). Sedangkan berdasarkan pengetahuan balian terbagi dalam 4 jenis balian, yaitu balian Kapican, Katakson, Usadha dan Campuran.
Balian Penengen adalah balian yang tujuannya mengobati orang yang sakit sehingga menjadi sembuh. Balian ini sering pula disebut Balian Ngardi Ayu (dukun kebaikan). Balian ini pada umumnya bersifat ramah, terbuka, penuh wibawa dan suka menolong. Siapapun akan ditolongnya tidak membedakan apakah dia orang baik atau orang jahat, orang yang miskin atau kaya semua dilayani sesuai dengan penyakit yang dideritanya.
Balian Pengiwa adalah balian yang tujuannya membuat orang yang sehat menjadi sakit dan orang yang sakit bertambah menjadi sakit, bahkan sampai meninggal. Itulah sebabnya balian tipe ini sering disebut balian aji wegig, dukun yang menjalankan kekuatan membencanai orang lain, berbuat jahil, usil, terhadap orang lain. Balian jenis ini amat sukar dilacak, pekerjaannya penuh rahasia, tertutup dan misterius. Sering pula balian ini mengganggu balian penengen pada waktu pengobati orang sakit sehingga tidak sembuh-sembuh, jahil dan usil.
Balian kapican adalah balian yang mendapat keahlian karena memperoleh suatu pica atau benda bertuah dan berkhasiat yang dapat dipergunakan untuk menyembuhkan orang sakit. Mungkin benda-benda tersebut didapat dari fiirasat baik berupa mimpi atau petunjuk yang lainnya. Pica ini dapat berupa batu permata, lempengan logam, keris, cincin, kalung, tulang dan benda lainnya.
Balian katakson (tetakson) adalah balian yang mendapat keahlian melalui taksu, roh atau kekuatan gaib yang memiliki kecerdasan, mukzijat ke dalam dirinya. Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik cara berpikir, berbicara maupun tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit.
Balian usada adalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar sendiri melalui lontar usada dan belajar dengan benar cara mendiagnosis ataupun osmosis pasien. Balian golongan ini tidak terbatas hanya mempergunakan ramuan obat dari tumbuhan saja, tetapi termasuk balian patah tulang, pijat, lulur, urut, melahirkan.
Balian Campuran, pada umumnya campuran antara balian katakson maupun balian kapican yang mempelajari usada. Dengan demikian balian katakson maupun kapican kemampuannya tidak hanya mengandalkan taksu atau pica, tetapi juga memberikan ramuan obat-obatan berdasarkan lontar usada. Balian jenis ini dapat disebut balian katakson usada atau balian kapican usada, juga juga dikenal dengan istilah balian ngiring pekayunan atau menjadi tapakan Widhi atau tapakan dewa.
Seluruh balian di Bali bekerja berdasarkan “Dharma Sasana Balian”, dimana :