Loading...

Dit. Keswa Rangkul Blogger Untuk Promosi Kesehatan Jiwa



Jakarta - Lima puluh blogger kesehatan sejabodetabek hadir memenuhi ruangan dr. Siwabessy lantai 2 Gedung dr Adhyatma dalam undangan temu blogger yang diselenggerakan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa Ditjen Kesmas Kemenkes RI.  Temu blogger ini merupakan acara yang di selenggarakan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa dalam rangka memperingati hari kesehatan jiwa sedunia yang diperingati setiap tanggal 10 oktober.

Pada tahun 2022 tema hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2022 adalah “Make Mental Health & Well-Being for All a Global Priority" (menjadikan kesehatan jiwa dan kesejahteraan untuk prioritas global)  dengan tema nasional : "Pulih Bersama Generasi Sehat Jiwa". Tema ini sejalan dengan menjawab tantangan dalam peningkatan kesehatan jiwa masyarakat, dimana diharapkan kesehatan jiwa dapat menjadi prioritas baik skala nasional maupun global. Hari kesehatan jiwa sedunia tahun 2022 ini, dapat menjadi titik awal dimana meningkatnya peran dari berbagai sektor serta adanya awareness dan kepedulian masyarakat untuk memelihara kesehatan jiwanya.

Sesungguhnya Kesehatan jiwa merupakan bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan sebagaimana tercantum dalam definisi kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 yaitu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan jiwa mencakup kondisi emosional, psikologis dan sosial yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang.

 Temu Blogger kali ini diawali dengan sambutan Direktur Kesehatan Jiwa yaitu Drg. R. Vensya Sihotang, M.Epid. Acara ini lebih menarik dan berkesan dengan di hadirkannya dua  narasumber yang ahli di bidangnya : 1. dr. Agung Frijanto, SpKJ, MH. Dokter Ahli Kesehatan Jiwa pada RS Jiwa dr. Soeharto Herdjan Grogol Jakarta Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP PDSKJI),  yang menyampaikan tentang bahasan  “Pulih Bersama Generasi Sehat Jiwa”. Narasumber kedua Ns. Evin Novianti, M.Kep Sp.Kep.J yang menjabat Ketua Departemen Organisasi PP IPKJI (Pengurus pusat ikatan perawat kesehatan jiwa indonesia) yang menyampaikan bahasan tentang “Merawat generasi sehat jiwa yang tangguh untuk Indonesia pulih 

Dr Agung menyampaikan hal yang sangat mendasar terkait upaya kesehatan jiwa  masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal yang menarik disampaikan adalah bahwa lebih dari 60 persen orang orang dengan masalah kesehatan jiwa dan mengalami penyakit jiwa tidak mencari bantuan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Stigma adalah alasan utama dari perilaku mengapa orang dengan masalah kesehatan (ODMK) dan orang dengan gangguan jiwa  tidak mencari pengobatan. Alasan utamanya adalah kuatnya  stigma di tengah masyarakat kita bahwa orang yang berkonsultasi atau mencari serta mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa dianggap sebagai orang dengan gangguan jiwa berat.   Stigma ini terbentuk di tengah masyarakat kita karena  proses dimana reaksi orang lain merusak indentitas  orang orang yang tidak pada umumnya.

Disisi lain menurut dr Agung menyampaikan kutipan dari Prof Sasanto Wibisono,   paling tidak ada dua puluh dua fenomena kesehatan jiwa yang terjadi di perkotaan di Indonesia. Dua puluh dua fenomea tersebut yaitu : gangguan jiwa, bunuh diri, anak jalanan, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba (drug abuse), kekerasan dalam rumah tangg (kdrt), gangguan penyesuaian/fenomena sosial, sosial ekonomi/politik, merosotnya nilai kehidupan, gelandangan psikotik, merendahnya toleransi dan meningkatnya agresi, perceraian, perkembangan penyimpangan perilaku psikopatologi, pengaruh pada perkembangan anak mental emosional kepribadian, perubahan /kekacauan sistim/ standar nilai dan pola kehidupan, konflik /perubahan latar belakang kehidupan, agama/spiritual, berbagai tingkat akulturasi, konflik norma dan nilai, suku asli dan pendatang, kebijakan kepedudukan, sejarah kota dimana mereka tinggal.

Berbeda dengan dr Agung, Ns. Evin Menyampaikan peta strategi Kesehatan jiwa di Indonesia, paling tidak ada 16 peta yang diperlukan untuk memperkokoh upaya Kesehatan jiwa di Indonesia. Enam belas peta tersebuat adalah  adanya dukungan sumber daya Kesehatan yang dapat mewujudkan dukungan kebijakan dan regulasi keswa dan napza, SDM keswa dan Napza yang kompeten, perbekalan keswa sesuai pedoman dan terwujudnya data keswa dan napza.  Peta lain yang sangat penting adalah perencanaan program keswa dan napza yang terpadu, adanya penelitian dan evaluasi keswa dan napza, terwujudnya informasi keswa dan napza berbasis data dan pengetahuan. Peta di atas perlu di advokasi kepada pemangku kepentingan, ormas, organisasi profesi, perguruan tinggi, media masa dan masyarakat dengan harapan akan semakin banyak masyarakat yang  tahu, mau dan mampu mengenali keswa secara mandiri dan mempercayakan pengobatannnya kepada tenaga Kesehatan yang professional bila mereka  kedapatan  masalah Kesehatan.  Strategi yang hasrus dilakukan dalam mewujudkan peta strategi tersebuat adalah dengan meningkatkan pelayanan keswa dan napza di tingkat primer, terwujudnya kolaborasi di luar sektor Kesehatan, program promosi dan prevetif keswa dan napza dan terintegrasinya kerjasama keswa dan napza  dengan lintas program dan lintas sektor. Dari peta tesesbut akan memiliki keluaran/outcome akan terwujudnya pelayanan Kesehatan keswa dan napza yang komprehensif dan terwujudnya upaya keswa dan napza yang berbasis masyarakat. Akhirnya dari peta yang ada akan memiliki dampak yang luas yaitu akan terwujudnya masyarakat yang peduli Kesehatan jiwa.

Masalah Kesehatan jiwa bisa dimulai dan dikenali sejak bayi baru lahir hingga lansia. Bayi yang baru lahir hingga sebelum usia tiga tahun akan mudah dikenali apakah bayi bawah tiga tahun (batita) memiliki  gangguan spektrum autism. Anak-anak balita yang dirawat atau diasuh dengan penuh perhatian, kasih sayang, gizi yang baik dan bekal agama yang baik   oleh kedua orang tuanya akan memiliki  Kesehatan jiwa yang baik pula. Namun pada saat remaja perundungan/ bullying adan tekanan dari teman teman sebaya juga akan berdampak pada  kekuatan kesehatan jiwa remaja tersebut. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang baik dan pekerjaan serta kehidupan rumah tangga yang harmanois akan melahirkan anak-anak dengan Kesehatan jiwa yang baik selain kualitas keluarga yang baik akan diperlihatkan oleh seisi rumah / keluarga. Lain lagi lansia yang tinggal sendiri karena jauh dari anak anaknya atau lansia yang tinggal sendiri tanpa pasangan hidupanya juga akan memiliki kualitas Kesehatan jiwa  yang bermasalah ringan hingga berat pada  lansia itu sendiri   atau sebaliknya lanis tersbut mampu dan tangguh menghadapi sisa akhir hidupnya dengan tenang dan ikhlas.

Sebelum temu blogger ini ditutup diisi  dengan diskusi dan tanya jawab dari  para blogger kepada Direktur Keswa Drg R Vensya Sitohang, M.Epid dan kepada kua narasumber seputar pengalaman pribadi, keluarga dan tetangga terkait upaya Kesehatan jiwa yang dialami dan diliat para blogger.

oleh : Bambang Purwanto, SKM, MKM - JFT Ahli Madya PKM