Jakarta - Sejak kecil saya selalu penasaran kenapa ya adanya hanya Hari Ibu, sementara tidak ada Hari Ayah? Pemikiran anak kecil yang polos tapi entah kenapa selalu saya cari jawabannya. Hingga pada akhirnya saat ini saya juga sudah menjadi ibu dari dua orang anak. Ternyata setelah menjadi ibu, saya makin memahami bahwa menjadi Ibu adalah level kehidupan yang tidak pernah ada pelajarannya, cukup hanya dilewati, diterima dan dijalani.
Hal
ini tentunya sejalan dengan sejarah munculnya Hari Ibu di Indonesia.
Singkatnya, hari Ibu Lahir dari cita-cita perkumpulan Wanita Indonesia pada
Desember 1958 yang ingin mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan
wanita Indonesia. Selain itu, Hari Ibu juga menjadi momentum untuk mengingatkan
seluruh bangsa Indonesia bahwa perempuan adalah motor penggerak keberhasilan
pembangunan saat ini dan mendatang.
Berangkat
dari peran dasarnya, seorang ibu merupakan pilar utama dalam keluarga. Peran
ibu tidak hanya mengurus kebutuhan anak-anak tetapi juga memastikan seluruh
keluarga hidup sehat baik secara fisik maupun mental. Namun dibalik itu semua
ada suatu tantangan besar yang seringkali diabaikan yaitu bagaimana seorang ibu
dapat menjaga kesehatannya sendiri baik fisik maupun mental sehingga mampu
menjalankan perannya dengan optimal.
Tuntutan
peran bagi seorang ibu dewasa ini nampaknya tidak main-main. Banyak ibu yang
juga berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarganya. Urusan keluarga, rumah,
financial bahkan urusan bersosialisasi dengan lingkungan kerap membebani dan
tiada habisnya. kesibukan yang mewarnai hari-hari sering membuat seorang ibu
lupa untuk meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Padahal, keseimbangan antara
waktu untuk keluarga dan waktu pribadi adalah kunci untuk tetap sehat dan
bahagia.
Emansipasi
wanita dewasa ini juga membuka ruang yang seluas-luasnya bagi seorang ibu.
Banyak perempuanyang merasa perlu untuk mengaktualisasikan dirinya melalui
pekerjaan, hobi maupun kegiatan lainnya. Hal ini tidak hanya memberikan
kepuasa, kebanggan tersendiri secara personal namun juga menjadi contoh positif
bagi orang-orang terdekatnya termasuk bagi anak-anak.
Ditengah
banyaknya peran yang dimiliki, ibu seringkali berada dalam bayang-bayang
gangguan kesehatan mental. Perasaan lelah, stress hingga depresi bisa
menghantui jika ibu tidak mendapatan dukungan yang cukup. Sayangnya banyak ibu
yang merasa enggan untuk membicarakan masalah dengan orang lain mapun dengan
tenaga kesehatan. Mencari bantuan professional, berbicara dan bertukar pikiran
dengan pasangan atau bergabung dengan komunitas bisa dilakukan sebagai upaya
untuk mengurangi beban mental.
Seorang
ibu juga perlu untuk menetapkan batasan dan mengatur prioritas. Misalnya dengan
menetapkan jadwal khusus untuk meluangkan waktu special untuk dirinya tanpa
merasa bersalah. Hal ini sangat penting untuk menjaga kesehatan mental seorang
ibu. Hal yang bisa dilakukan antara lain seperti berkebun, menonton, kumpul
dengan sahabat, atau berolahraga.
Berbicara
tentang olahraga, selain memiliki banyak manfaat untuk kesehatan fisik,
ternyata olahraga juga dapat meningkatkan hormon Bahagia seperti endorphin yang
mampu membantu mengelola stress dan kecemasan. Bukan hanya yoga yang digaungkan
dapat meredakan stress, ternyata olahraga lainnya seperti lari, berjalan, tenis
dan lain sebagainya bisa meredakan stress yang mungkin dialami ibu. Seiring
dengan bertambahnya usia kebugaran tubuh juga semakin menurun. Apalagi mengurus
keluarga dan bekerja itu memerlukan energi yang sangat besar yang seringkali
menjadi pemicu stress. Olahraga tidak hanya memberikan manfaat fisik tetapi
juga mental. Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Selain harus bisa
mengontrol emosi kepada anak, ibu juga harus bisa mengontrol emosi pada dirinya
sendiri.
Selain
itu agar tetap sehat seorang ibu perlu untuk memperhatikan asupan makanan dan
cukut istirahat. Dukungan dari keluarga termasuk pasangan juga sangat penting.
Misalnya dengan berbagi tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga atau
memberikan waktu bagi ibu untuk beristirahat.